Fly to Malaysia (bag. 1)
Menara Kembar Petronas pada malam hari |
Dua bulan
yang lalu, tepatnya 11 – 17 Agustus 2018, saya melakukan perjalanan ke negeri
jiran, Malaysia. Perjalanan ini merupakan pejalanan akademik dan silaturahim.
Kalaupun ada sesi jalan-jalan, saya menganggapnya sebagai bonus. Dikatakan
akademik karena saya akan mempresentasikan penelitian saya di 10th
Micollac (Malaysia interational conference on language, literatures and
cultures) 2018 di Melaka. Selain itu, dapat dikatakan silaturahim karena saya akan
bertemu dngan kawan saya yang dulu pernah di Ma’had Ali di Malang. Perjalanan yang hemat tetapi it’s worth it.
Semoga cerita ini memberikan manfaat banyak hal.
#Backpacker.
Take only the positive one!
Hari 1 #day1
Sabtu, 11
Agustus 2018
Bismillah. Perjalanan
ini saya awali dengan menikmati indahnya pemandangan kanan kiri jalan tol
Bandung-Jakarta yang ditempuh kurang lebih sekitar 3 Jam dengan kecepatan
normal di saat sinar matahari belum muncul. Tepat pukul 04.00 WIB, mobil travel
datang. Hal ini sesuai dengan kesepakatan dengan Bapak Sopir. Travel yang saya
gunakan ini tidak ada namanya. Saya juga dapat informasi dari mouth-to-mouth
teman-teman yang sebelumnya pernah menggunakan jasanya. Sebelum masuk tol, saya
(bersama sopir travel) istirahat sejenak melaksanakan salat subuh sekaligus
menjemput penumpang travel lainnya yang akan terbang melalui bandara yang sama,
Soekarno-Hatta. Perjalanan menjadi tidak terasa karena kami ngobrol ngalor
ngidul, tentunya sangat menginspirasi.
Tampak langit sangat cerah dari atas pesawat |
Pukul 7 pagi,
saya tiba di bandara Soekarno-Hatta Terminal 1. Memang saya sengaja datang
lebih pagi supaya bias santai untuk bersiap-siap. Pukul 10.20 WIB, saya take
off ke KLIA2 (Kuala Lumpur International Airport 2) menggunakan pesawat Air
Asia. Maklum, cari tiket yang terjangkau. Perjalanan ini memakan waktu
kurang lebih 1,5 jam. Alhamdulillahnya, saya mendapat window seat dimana
saya bisa menengok pemandangan di bawah yang menakjubkan.
Salah satu ornamen Asian Games 2018 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta |
Perjalanan solo ini membawa pada pertemanan baru. Karena bangku di tengah kosong, saya memberanikan diri untuk berkenalan dengan penumpang sebelah saya. Just say Hi. Awalnya, saya pikir dia bukan orang Indonesia. Eh lha dalaah!!!!. Ternyata dia orang Jakarta yang sedang kuliah di ITS, Surabaya. Saat itu, dia bilang akan menuju ke Taiwan untuk pertukaran pelajar. Namun, transit terlebih dahulu, menghabiskan waktu bersama temannya yang dulu pernah student exchange di Surabaya. Saya pun menceritakan bahwa saya juga akan menghabiskan waktu sekitar 3 hari di KL (Kuala Lumpur) di rumah teman. Beruntungnya, dia menawarkan untuk mengajak saya untuk bareng jalan-jalan ke tengah kota. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung menerima tawaran itu. Namun, dia harus menunggu konfirmasi dengan temannya, apakah saya boleh ikut atau tidak. Sesampai di bandara, mereka akhirnya memperbolehkan saya setelah mereka meminta akun Instagram saya. Mungkin stalking kali ya! apakah benar saya orang yang baik-baik. Hehehe.
‘Selamat
datang di KLIA2, Welcome to KLIA2 to all passengers’. Sahut
pramugari Air Asia yang terdengar melalui pengeras suara.
Akhirnya,
kami pun pergi bersama ke tengah kota. FYI, jarak KLIA2 ke tengah kota cukup jauh, sekitar 50 menit
dengan mobil. Ini menjadi pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di KL.
Beberapa tahun sebelumnya, saya hanya mengunjungi kota Johor Bahru, kota yang
berseberangan dengan Singapura. Itupun hanya 1 jam.
Destinasi
pertama adalah KLCC (Kuala Lumpur City Center) dimana menara kembar Petronas
berlokasi yang menjadi ikon Malaysia. Sebelum berfoto bersama di depan Gedung,
kami memasuki area pusat perbelanjaan terlebih dahulu, yakni Suria KLCC. Mal
ini cukup ramai dimana berjejer toko-toko brand internasional. Saya hanya bisa
melihat-lihat saja karena memang tujuan saya bukan untuk shopping ala-ala
artis. Hahaha.
Setelah window
shopping, kami menuju ke food court. Makanan yang tersedia cukup
beragam dan lumayan harganya. Hahaha. Tetapi, sekali-kali boleh lah yaa!.
Akhirnya, saya memesan makanan yang lain dari biasa saya makan (Javanese and
Sundanese food). Hot plate Chinese food (embuh lali jenenge opo,
lali aku) menjadi pilihan yang menurut asumsi saya lezat. Harganya
sekitar 10 RM (36rb Rupiah). Dan dipastikan Halaaaaaaaaaall.
Sembari
menunggu makanan datang, kami duduk di pinggir jendela. Terlihat pemandangan
pusat kota KL dengan air mancur yang dikelilingi oleh gedunng-gedung
bertingkat. Ketika itu kami ngobrol banyak hal, berbagi pengalaman
tentang keadaan di Indonesia dan Malaysia. Sungguh! Ini menjadi pertemanan yang
sangat mengesankan.
Kami
mengambil makanan yang sudah kami pesan-self-service. Dalam hati,
sebenarnya saya agak khawatir, apakah nanti makanannya sesuai ekspektasi saya
atau tidak. Ketika mencoba makanannya, Alhamdulillah ternyata rasanya cukup
unik. Mirip kwetiau tetapi bumbunya hitam dan cukup pedas. Mungkin belum terbiasa
dengan makanan tersebut, sehingga saya menyisakan sebagian alias tidak habis.
Setelah
makan-makan, kami keluar gedung untuk sekedar melihat suasana di luar gedung
dan berfoto bersama di area tersebut. Para turis domestic dan asing terlihat
sedang menikmati air mancur dan sesekasli berfoto bersama. Sebagaimana yang
saya sebutkan tadi bahwa terdapat air mancur ini yang cukup luas. Jika di malam
hari, air mancur tersebut akan jauh lebih indah karena banyak lampu dan musik
yang mengiringinya yang bisa dinikmati secara cuma-cuma alias gratis.
Bersama teman baru |
Opps! Waktu
sudah sore. Saya harus berpamitan kepada mereka dan berterima kasih atas
bantuan dan pertemanan ini. Dengan adanya tumpangan ini, saya dapat menghemat waktu
dan tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun serta jauh lebih cepat dari
yang saya perkirakan sebelumnya.
Petronas Twin Tower |
Kemudian, saya
diantar mereka menuju ke stasiun LRT (Light Rapid Transit) dengan tujuan KL Sentral
(Stasiun Besar dimana kita bisa menemukan kereta dari segala penjuru kota
termasuk yang arah dari/ke bandara dan terminal bus). Teman saya membantu saya
membelikan tiket LRT one-way. Ketika masuk ke peron tujuan KL sentral, kami
melambaikan tangan (berdada dada ria) atau farewell greeting, dan yang
jelas tidak seperti di film-film. Wkwkwkwkw. Just say bye bye, see you next
time!.
Keteledoran
Sesampai di
KL Sentral, hal pertama yang saya cari adalah toko Sim card. Ini menjadi
penting untuk seminggu ke depan; the Internet helps us inform everything. Dengan
membawa tas punggung dan satu kresek oleh-oleh di tangan, saya kesana-kemari
bertanya-tanya dimana toko yang saya maksud. Akhirnya, I found it. Saya
menemukan took tersebut. Menurut informasi dari teman dan artikel di Internet,
ada beberapa provider sim card yang bisa dipakai, namun provider DIGI
cocok untuk saya. Selain terjangkau harganya, kapasitanya juga lumayan.
Harganya kalau tidak salah 40RM.
Daftar pilihan harga provider DIGI |
Seketika itu,
saya memasang kartu dan mengecek Whatsapp mengiformasikan ke teman saya bahwa
saya sudah di KL Sentral. More importantly, saya juga bisa segera pesan
Grab ke alamat teman saya, Happy mansion Apartment. Untuk transportasi ini, saya
harus merogoh kocek sebesar RM 13. Saya kira worth it lah ya,
hitung-hitung supaya cepat sampai tujuan. Setelah tutit tutit, mobil pesanan
datang dan tak jauh dari tempat saya berdiri.
“Good
afternoon! Selamat Siang”. Sahutku dari luar Mobil.
Ketika masuk
mobil, saya merasa ada yang kurang. Astaghfirullah! Tas saya tertinggal
di Toko tadi.
“Mr, Give me
five minutes to take it!” pintaku.
“Oke, five
minutes” Jawabnya. Alhamdulillah.
Saya pun
berjalan cepat dan sedikit lari dengan masih membawa tas ransel. Sesampai di
Toko, saya langsung mengambil tas yang saya maksud dan memberikan senyuman
terpaksa (karena capek). Jantung berdegup kencang. Saya merasa saya sudah
teledor dengan barang-bawaan, tidak fokus,
dan tidak tenang. Usai medapatkan tas saya tadi, saya jadi berpikir
bahwa keteledran ini tidak boleh terjadi lagi mengingat ini adalah perjalanan
pribadi yang hanya kita yang bias menjaga barang-barang kita sendiri.
Mobil Grab
terus melaju dengan santai menuju alamat yang saya pesan. Alamat apartemen
(Kontrakan) teman saya di pinggiran kota. Tepatnya masuk ke wilayah Selangor.
Jika naik kereta, hanya butuh satu kereta lagi dari KL Sentral kemudian
dilanjutkan dengan Bus.
Kurang lebih
jam 6 sore, saya tiba di apartemennya. Bangunan berlantai 10 lebih itu (kalau
tidak salah) cukup sepi. Sayangnya, teman sema’had dulu, M. Hasan, sudah
berngkat ke Songkla, Thailand. Sehingga kami tidak bisa bertemu dalam tiga Walhasil, saya disambut oleh temannya, Mas
Hanif, awardee lpdp dan sedang menempuh Master di Jurusan seni musik
tradisional di Universiti Malaya. Saya memberitahu teman saya yang saat itu di
Thailand bahwa saya baik-baik saja dan tib dengan selamat.
Bersambung..
Komentar