Akhirnya ke Bromo!
Selama studi di Malang, jujur, saya belum ada rencana pergi ke Bromo. Haha. Saat itu ada kawan saya mengajak saya ikut rombongannya. Namun karena satu dan lain hal, saya tidak jadi ikut. Kawan2 sasaya bahkan banyak yang pergi kesana dengan sepeda motor. Wow! It's amazing of course.
Namun, setelah meninggalkan kota ini. Saya berkeinginan untuk kesana. Oleh sebab itu, saya menuliskan impian untuk pergi kesana tahun lalu, 2018. Finally, biidznillah, baru tahun ini terwujud.
Memang saya dilahirkan di daerah pegunungan Welirang. Tetapi, jiwa-jiwa untuk naik gunung kok belum menempel di hati saya. Bukan berarti tidak suka ya! Hehe. Maybe someday. Climbing mountains
Singkat cerita,
Bulan lalu, setelah acara konferensi di Universitas Brawijaya Malang, kawan saya mengajak teman dan saya untuk ikut dalam rombongannya. Suatu tawaran yang membuat bingung. Hehe. Setelah mempertimbangkan, akhirnya kami ikut rombongannya.
Mobil Jeep rombongan kami. Next time pakai Motor mungkin lebih seru. |
--------
23.00
Kami berangkat menuju tempat kawan di sekitar Ijen Nirwana. Sekitar pukul 24.00, kami berangkat menuju Bromo melalui Tumpang. Perjalanan memakan waktu hampir 3 jam dengan Jeep.
Erupsi Bromo |
Along with friends from UPI Bandung |
Kami tiba di pintu masuk sekitar pukul 03.00 pagi. Jalan yang menanjak dan berdebu menyambut kedatangan rombongan kami. We were not alone at that time. Ada ratusan Jeep yang melaju bersama-sama ke kawasan itu.
Saat itu, Gunung Bromo sedang erupsi. Namun, lokasi wisata masih dalam tahap aman. Pengunjung hanyavtidak diperbolehkan untuk mendekati kawah. Jarak aman yang ditetapkan adalah 1 km. Jadi, kami tidak bisa melihat lebih dekat kawah gunung Bromo. It was not big problem. The view was still wonderful nevertheless.
Our first destination was sunrise view. Puluhan wisatawan berdatangan untuk melihat salah satu spot yang wajib dikunjungi ini, baik lokal maupun internaaional.
Sebelum menuju ke spot, kami menghangatkan badan terbih dahulu sambil minum kopi di warung warga. Setelah beberrapa menit, kami bersama sama menuju ke area sunrise.
Sayang sekali, saat itu sunrise terhalangvsebagian oleh kabut erupsi Bromo yang erupsi. Tetapi, pemandangan tetap indah. Terlihat juga gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa.
Banyak kawan saya yang sudah berhasil menaiki sampai puncaknya. Sungguh luar biasa mereka. What about me? Hanya membayangkan saja. Wkwkwk. Seru mungkin ya. Menikmati keindahan ciptaan Tuhan.
Setelah berfoto-foto, kami melanjutkan ke spot selanjutnya yakni Lautan Padang pasir. Mengingat, erupsi terus muncul, kami hanya berfoto dan menikmati dari kejauhan pemandangan kawah yang sedang erupsi dari jauh.
Pura |
Wisatawan luar negeri juga mengabadikan momen terbaiknya |
Salah satu spot menarik di dekatnya adalah sebuah Pura- rumah ibadah umat Hindu. Abu vulkanik menjadi background pura tersebut.
The next destination was Bukit Teletubis. Previously, I just saw it from my friends' post on Facebook and Instagram. It was so amazing. Indeed, pemandangannya sangat cantik. Savana luas yang dikelilingi gunung dan bukit menambah kekaguman saya.
Add caption |
Gunung Rinjani lebih menantang katanya. Matur tampi asih Dahlan, a Lombok citizen. |
Sebelum meninggalkan kawasan, kami berhenti di ttengah padang pasir yang saat itu sangat berdebu. Karena keunikannya, mereka nekad mengabadikannya. Tetapi, abu yang berterbangan sangat membahayakan untuk mata. Sehingga mereka dengan cepat mengambil gambarnya.
Matahari sudah mulai terik. Kami pun kembali ke Kota Malang. Sebelum itu, kami makan siang terlebih dahulu. Kawan-kawan terlihat sangat lelah, bahkan ada yang tertidur. Alhamdulillah, pukul 13.00 kami sampai. Sore harinya, teman saya dan saya langsung pulang ke Mojokerto.
What a journey!
See you next time |
Stasiun Kebumen, 16 April 2019
Komentar