Angkoters



Alarm ponsel berbunyi menandakan itu adalah pukul 4 pagi hari. Selain itu, suara mengaji terdengar keras sampai kamar. Dengan segera saya ke kamar mandi karena pagi ini saya akan kembali ke kampus untuk melakukan registrasi. Pukul 05 pagi, Bu Arie memanggil saya untuk sarapan pagi. Wow! Ini masih jam 5 loee. Sarapan yang hampir jarang saya lakukan. Namun, karena ini sebagai penghormatan, maka saya sarapan.

Saya sengaja tidak menggunakan tasportasi berbasis on-line karena ingin merasakan suasana kota sekaligus lebih ingin mengenal lebih dekat dengan kota di pagi hari. Di dalam angkot mayoritas pekerja dan remaja yang akan pergi ke sekolah. Semakin berjalan jalanan semakin ramai padahal jam masih menunjukkan pukul 05.40, namun kendaraan pribadi sudah memadati jalanan kota sehingga menimbulkan kemacetan. Sambil menikmati suasana kota melalui angkot, bu arie menjelaskan rute-rute yang harus dilalui jika menggunakan angkot.

Saya pun melanjutkan perjalanan ke kampus UPI, sedangkan Bu Arie lebih dulu turun di kantornya. Ketika di dalam angkot, saya mencoba untuk melihat-lihat dan mengamati nama jalan dan tempat-tempat umum.

Sesampai di Kos, saya dan senior saya bersiap  menuju ke kampus untuk registrasi. Saya pun membawa syarat-syarat yang diperlukan misalnya fotokopi ijazah legalisie, pas foto 3x6 dan LoA. Ketika kami datang, antrian panjang sudah mengular di depan gedung administrasi guna mengambil map form yang harus diisi. Pihak kampus menyediakan tenda yang cukup besar untuk mahasiswa yang mengantri. Diantara yang sedang mengantri adalah teman-teman Awardee LPDP. Dan sayang sekali, berkas kita kami belum ada kejelasan sampai pukul 2 siang.

Salah satu dari teman saya mengajak untuk makan siang di dekat kampus. obrolan ringan pun menghembus di antara meja makan yang panjang. Kami memesan makanan yang berada si deretan sebelah kiri tempat duduk. Rata-rata harganya sepuluh ribu ke atas. Dan harga minuman bervariasi mulai dari 7000 – 15.000. Ada masakan Indonesia ada ulai dari 7000 - 15.__________________________________________________________________________________pula menu masakan Jepang. Semuanya tergantung kantong kita. Jika kita ingin makanan yang murah dari itu juga tersedia banyak sekali.

Jam menunjukkan pukul 11.40 WIB, satu per satu dari kami meninggalkan Pujasera tersebut. Sebentar lagi waktu Sholat dhuhur tiba, saya memutuskan untuk kembali ke Masjid Al-Furqon untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dan membaca bacaan yang saya bawa sekedar untuk merefresh pikiran. Ditengah –tengah membaca, bebrapa kali saya tertidur dan kepala mengganggukkan. Setelah dirasa cukup istirahat fisik dan hati, saya pergi ke rumah kos yang sedang diperbaiki, di cat ulang sekedar untuk melihat-lihat dan tidak lupa untuk mengurus surat domisili. Sayang sekali, ketika saya mencoba menemui Pak RT di rumahnya, saya ditemui oleh istrinya. “Maaf Pak Rtnya masih di Kantor RW, sorean aja ya”. Sahut si Ibu itu.

Saya pun kembali ke masjid untuk menunggu waktu sholat ashar and mengulangi kegiatan seperti setelah dhuhur; membaca. Hari sudah mulai gelap dan dingin, saya kembali ke rumah pak rt dengan harapan saya dapat menemuinya untuk meminta surat domisili. Then, What happened? It’s ZONK !. saya mendapati beliau masih ada di luar rumah. dengan raut muka yang agak sedikit sinis, si Ibu langsung menutup pintu rumahnya.

Mungkin, saya masih harus berjuang lagi untuk mendapatkan keesokan harinya atau menunggu waktu yang tepat.

Life lesson today

Perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus dan sosial masyarakatnya. Meskipun kemana-mana harus berjalan kaki, namun itu yang penting untuk disyukuri karena dengan itu saya bisa olahraga.

Komentar

Postingan Populer