Labirin Kota
Ini adalah pagi awal saya di Kota ini. Rasa dingin, sejuk
dan segala aktifitas warga Bandung menghiasi pagi itu. Saya meminta izin pada
kakak saya untuk keluar mencari udara segar dengan harapan merefresh
tubuh yang lelah dengan barang bawaan.
Saya pun berjalan menyusuri jalan melewati samping kampus
dengan mengingat kembali masa ketika saya awal ke kota ini untuk tes masuk
pascasarjana. Deretan toko masih belum memulai aktifitasnya, hanya ada
anak-anak yang bersiap pergi ke sekolah. Saya masuk ke gang-gang sempit di
sekitar jalan Geger Kalong Tengah.
Sembari jalan, saya pun menengok kanan kiri apakah ada kos
yang cocok untuk saya. Di daerah ini akses untuk kemana-mana seperti makanan,
fotokopi, dan peralatan lainnya, sehingga membuat daerah ini ramai dipadati
oleh mahasiswa. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya juga sangat berdekatan,
bahkan untuk lewat saja harus bergantian dengan yang lainnya.
Setelah itu, saya diajak oleh senior saya pergi ke kampus
untuk menghadiri acara SETALI (Konferensi Linguistik Tahunan) yang diadakan
oleh jurusan linguistik. Panitianya pun dari mahasiswa S1 dan S2. Sebetulnya,
saya tidak diperkenankan masuk mengingat acara itu berbayar. Peserta/pemakalah
berasal dari berbagai daerah mulai Bandung sendiri, Jakarta, Yogyakarta,
Semarang, Cirebon dan lain sebagainya. Namun, senior saya punya relasi kuat
dengan salah satu panitia sehingga kami diijinkan masuk ke acara dengan memkai co-card
panitia.
Saya mengikuti acara sampai pada sessi paralel di
ruangan-ruangan. Acara tersebut kembali mengingatkan saya pada acara yang pernah
saya kerjakan setahun sebelumnya yakni ICP (International Conference on
Pesantren. Sebuah acara yang menguras seluruh tenaga banyak pihak dan penuh
perjuangan mengingat acara tersebut merupakan acara pertama yang diadakan Pusat
Ma’had Al-Jami’ah. Tetapi dari acara itu, saya belajar banyak hal yang
sebelumnya belum saya ketahui, mulai dari membuat proposal, mendesain acara,
mengatur makalah peserta dan tamu luar negeri dan slain sebagainya.
Kembali ke yang sebelumnya. Setelah acara itu, saya diajak
oleh senior saya untuk mencari kos-kosan dibelakang kampus dengan berjalan
kaki. Kalau dihitung mungkin kami sudah berjalan sejauh 3 km lebih. Daerah yang
saya lewati ternyata juga sangat padat. Kebanyakan gang kecil yang hanya bisa
silewati oleh satu motor saja. Saya menyebutnya seperti Labirin Kota dikarenakan
banyaknya gang sempit yang membuat saya bingung untuk kembali. Satu demi satu
tempat kos kami datangi dan hubungi, tetapi belum ada yang sreg dan
bahkan bingung di hati.
Dalam kondisi capek, kami pun pulang ke tempat kos. Berjalan
melewati kampus yang cukup naik turun kontur tanahnya. Dalam pikiran saya
mengatakan bahwa berjlan adalah hal yang akan saya lakukan nanti karena selain
murah juga menyehatkan. Di tengah perjalanan pulang, kami bertemu dengan sesama
Awardee LPDP. Perbincangan ringan pun tak terelakkan, kurang lebih
hampir 25 menit kami berdiri bertukar cerita dan sesekali guyon sekilas
melupakan kelelahan saya.
Sesampai di tempat kos, saya sholat isya dan langsung
merebahkan badan merasakan kenikmatan bahwa hari ini bisa jalan-jalan sekitar
kampus yang memesona.
Komentar